Powered By Blogger

Kamis, 26 Juni 2014

FIKIH : Istri Tidak Boleh Menginfakkan Atau Menshodaqohkan Harta Suami Kecuali Dengan Izinnya

 Kewajiban Istri Pada Suaminya (7)

 

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

 

 

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَمَا أَنْفَقَتْ مِنْ نَفَقَةٍ عَنْ غَيْرِ أَمْرِهِ فَإِنَّهُ يُؤَدَّى إِلَيْهِ شَطْرُهُ

Artinya : Telah menceritakan kepada kami abu al-yaman, tealah mengabarkan kepada kami syu’aib, telah menceritakan kepada kami abu az-zinad, dari al-aghraj, dari abu hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, Dan jika ia menafkahkan sesuatu tanpa ada perintah dari suami, maka suami mendapat setengah pahalanya. (HR. Bukhori No. 1595 Juz 7 Halaman 30)

 

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم وما أنفقت من كسبه من غير أمره فإن نصف أجره له

Artinya : Rasulullah saw bersabda : Apa yang diinafkkan seorang wanita dari hasil usaha suami tanpa perintahnya, maka setengah pahalanya adalah untuk suaminya. (HR. Muslim No. 1026 Juz 2 Halaman 711)

 

حدثنا هناد حدثنا إسماعيل بن عياش حدثنا شرحبيل بن مسلم الخولاني عن أبي أمامة الباهلي قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم في خطبته عام حجة الوداع يقول لا تنفق امرأة شيئا من بيت زوجها إلا بإذن زوجها قيل يا رسول الله ! ولا الطعام قال ذاك أفضل أموالنا

Artinya : menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ayasi, telah menceritakan kepada kami Syurahbil bin Muslim Al-Bahil, dari Abi Umamah Al-Bahil, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda didalam khutbahnya pada haji wada' : Janganlah seorang istri menginfakkan sesuatu dari rumah suaminya kecuali dengan izinnya. Ditanyakan kepada Rasulullah saw, Wahai Rasulullah, tidakjuga makanan?' Beliau menjawab Makanan adalah harta kita yang paling utama. (HR. Tirmidzi No. 670 Juz 3 Halaman 57)

 

حدثنا محمد بن المثنى حدثنا محمد بن جعفر حدثنا شعبة عن عمرو بن مرة قال سمعت أبا وائل يحدث عن عائشة عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال إذا تصدقت المرأة من بيت زوجها كان لها به أجر وللزوج مثل ذلك وللخازن مثل ذلك ولا ينقص كل واحد منهم من أجر صاحبه شيئا له بما كسب ولها بما أنفقت

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Amr bin Murrah, ia berkata, ia berkata, Aku mendengar Abu Wa'il menceritakan (suatu hadits) dari Aisyah, dari Nabi saw, beliau bersabda, Apabila seorang istri bersedekah dari rumah suaminya, maka ia memperoleh pahala. Suaminya dan orang yang menyimpannya juga memperoleh pahala yang serupa. Masing-masing di antara mereka tidak mengurangi pahala yang lainnya sedikitpun. Suami (mendapatkan pahala) apa yang ia usahakan, sedangkan istri (mendapatkan pahala) apa yang ia sedekahkan. (HR. Tirmidzi No. 671 Juz 3 Halaman 58)

 

حدثنا محمود بن غيلان حدثنا المؤمل عن سفيان عن منصور عن أبي وائل عن مسروق عن عائشة قالت قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا أعطت المرأة من بيت زوجها بطيب نفس غير مفسدة كان لها مثل أجره لها ما نوت حسنا وللخازن مثل ذلك

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'amal, dari Sufyan, dari Manshur, dari Abu Wa'il, dari Masruq, dari Aisyah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Apabila seorang istri memberikan atau menyedekahkan (sesuatu) dari rumah suaminya dengan senang hati tanpa mengganggu (keadaan rumah tangga), maka ia mendapatkan pahala seperti pahala suaminya. Ia mendapatkan apa yang ia niatkan dengan baik, dan orang yang menyimpan juga (memperoleh pahala) seperti itu. (HR. Tirmidzi No. 672 Juz 3 Halaman 58)

 

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَنْفَقَتْ الْمَرْأَةُ مِنْ طَعَامِ بَيْتِهَا غَيْرَ مُفْسِدَةٍ كَانَ لَهَا أَجْرُهَا بِمَا أَنْفَقَتْ وَلِزَوْجِهَا أَجْرُهُ بِمَا كَسَبَ وَلِلْخَازِنِ مِثْلُ ذَلِكَ لَا يَنْقُصُ بَعْضُهُمْ أَجْرَ بَعْضٍ شَيْئًا

Artinya : Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Syaqiq dari Masruq dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: Jika seorang wanita bershadaqah dari makanan yang ada di rumah (suami) nya bukan bermaksud menimbulkan kerusakan maka baginya pahala atas apa yang diinfaqkan dan bagi suaminya pahala atas apa yang diusahakannya. Demikian juga bagi seorang penjaga harta benda (akan mendapatkan pahala) dengan tidak dikurangi sedikitpun pahala masing-masing dari mereka. (HR. Bukhori No. 1425 Juz 2 Halaman 112)

 

حدثنا يحيى بن يحيى وزهير بن حرب وإسحاق بن إبراهيم جميعا عن جرير قال يحيى أخبرنا جرير عن منصور عن شقيق عن مسروق عن عائشة قالت قال رسول الله صلى الله عليه و سلم
إذا أنفقت المرأة من طعام بيتها غير مفسدة كان لها أجرها بما أنفقت ولزوجها أجره بما كسب وللخازن مثل ذلك لا ينقص بعضهم أجر بعض شيئا

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir - Yahya berkata- telah mengabarkan kepada kami Jarir dari Manshur dari Syaqiq dari Masruq dari Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Apabila seorang isteri menyedekahkan makanan dari persediaan yang ada di rumahnya tanpa mengurangi kebutuhan rumah tangganya, maka si isteri itu mendapat pahala karena perbuatannya (yang telah menyedekahkan), dan si suami mendapat pahala karena usahanya (pekerjaannya), dan si bendahara mendapat pahala pula. Masing-masing mendapatkan pahala tanpa mengurangi pahala yang lainnya. (HR. Muslim No. 1024 Juz 2 Halaman 710)

 

حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا أبو معاوية عن الأعمش عن شقيق عن مسروق عن عائشة قالت قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا انفقت المرأة من بيت زوجها غير مفسدة كان لها أجرها وله مثله بما اكتسب ولها بما أنفقت وللخازن مثل ذلك من غير أن ينتقص من أجورهم شيئا

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Syaqiq dari Masruq dari Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika seorang isteri bersedekah dari harta suaminya, tanpa menimbulkan kerusakan, maka baginya pahala atas apa yang ia infakkan, dan bagi suaminya adalah pahala atas jerih payahnya (mencari nafkah), serta bagi bendaharanya pahala seperti pahala tersebut, tanpa mengurangi pahala satu sama lainnya sedikit pun. (HR. Muslim No. 1024 Juz 2 Halaman 710)

 

عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال " لايجوز لامرأة أمر في مالها إذا ملك زوجها عصمتها "

Artinya : Dari Abdullah bin Amr bin Syu’ib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah saw bersabda, Istri tidak boleh menggunakan hartanya (sekehendaknya) jika akad nikahnya (masih) dimiliki oleh suaminya. (HR. Abu Daud No. 3546 Juz 2 Halaman 315)

 

 

 

 

Bila seorang pekerja yaitu penjaga harta tuannya, istri dan budak ingin menginfakkan harta tuan atau suaminya, ia harus mendapatkan izin dari si pemilik harta atau suami terlebih dahulu. Bila sama sekali tidak ada izinnya maka tidak ada pahala yang didapatkan oleh ketiga golongan tersebut. Bahkan ketiganya berdosa karena menggunakan harta orang lain tanpa seizin pemiliknya. Yang namanya izin ada dua macam :

 Pertama: izin yang sharih (jelas) dalam nafkah dan sedekah.

Kedua: izin yang dipahami dari kebiasaan, seperti memberi sepotong roti kepada peminta-minta, dari kebiasaan yang biasa berlangsung.

 

Dan diketahui menurut kebiasaan bahwa suami dan pemilik harta ridha. Dengan begitu diperoleh izinnya walaupun ia tidak mengucapkannya. Hal ini tentunya bila diketahui keridhaannya menurut kebiasaan serta diketahui bahwa jiwanya sebagaimana jiwa kedermawaan dan keridhaan sebagaimana keumuman orang-orang. Bila kebiasaannya tidak tetap dan diragukan keridhaannya atau si pemilik harta suami itu seorang yang pelit, dan itu diketahui atau diragukan dari keadaannya, maka tidak boleh seorang istri dan selainnya menggunakan hartanya (untuk diinfakkan kepada yang membutuhkan) kecuali mendapatkan izin yang sharih (jelas) darinya. Adapun sabda Nabi saw, Apabila seorang istri berinfak dari penghasilan suaminya tanpa diperintahkan oleh suaminya maka setengah pahalanya untuk si suami. Maknanya, tanpa perintahnya yang sharih dalam kadar tertentu dari hartanya yang telah diinfakkan tersebut. Namun si istri dulunya telah mendapatkan izin yang umum yang mencakup kadar tersebut dan selainnya. Ketahuilah, semua pengeluaran infak dari harta suami tanpa izinnya yang sharih adalah sebatas kadar yang ringan, yang menurut kebiasaan ia ridha hartanya diberikan dalam kadar yang demikian. Bila kadarnya sampai melebihi kebiasaan, maka tidaklah dibolehkan. Inilah makna dari sabda Nabi saw, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan kepada kadar yang diketahui bahwa suami ridha bila hartanya diberikan sejumlah demikian menurut kebiasaan.  Yang dimaksud dengan pahalanya di bagi dua dalam hadits ini, bisa difahami sebagai harta yang diberikan suami untuk nafkah isterinya. Jika ia menafkahkannya tanpa sepengetahuan suaminya, maka pahalanya untuk keduanya, yakni untuk suami karena harta itu berasal dari usahanya dan karena dia diberi pahala atas apa yang dinafkahkannya kepada keluarganya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Sa’ad bin Abi Waqqash dan selainnya dan untuk isteri karena harta tersebut merupakah nafkah yang menjadi haknya. Pengertian ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud setelah hadits Abu Hurairah ini. Ia ditanya tentang wanita yang bershadaqah dari rumah suaminya, maka Nabi saw menjawab, Tidak boleh, kecuali dari bahan makanan yang diperuntukkan baginya, dan pahalanya untuk keduanya. Tidak halal baginya memberikan shadaqah harta suaminya kecuali dengan seizinnya. Tanpa merusak maksudnya adalah tidak berlebih-lebihan dalam infak tersebut, tidak menimbulkan kemudaratan serta tidak menghabiskan harta.  Di antara mereka ada yang mengatakan istri boleh menginfakkan harta suaminya dalam kadar yang ringan atau sedikit yang tidak berpengaruh bila dikeluarkan dari harta yang ada, dan tidak begitu tampak pengeluarannya. Pendapat kedua, istri boleh menginfakkan harta suaminya bila suaminya telah mengizinkannya. Ini pendapat yang dipilih Al-Imam Al-Bukhari. Adapun menurutku, hal itu mungkin dibawa kepada kebiasaan yang ada. Bila si istri tahu bahwa suaminya tidak benci atau marah hartanya diberikan atau disedekahkan maka ia boleh melakukannya selama tidak menghabiskan harta tersebut. Sedangkan makna tanpa merusak adalah mengharuskan adanya izin suami secara sharih ataupun secara kebiasaan. Juga menunjukkan bahwa pemberian tersebut adalah pemberian yang ringan atau sedikit yang tidak menghabiskan harta.

 

 

Refrensi :

 

 

 

فمعناه من غير أمره الصريح في ذلك القدر المعين ويكون معها اذن عام سابق متناول لهذا القدر وغيره وذلك الاذن الذي قد بيناه سابقا اما بالصريح واما بالعرف ولابد من هذا التأويل لأنه صلى الله عليه و سلم جعل

الأجر مناصفة وفي رواية أبى داود فلها نصف أجره ومعلوم أنها اذا أنفقت من غير اذن صريح ولا معروف من العرف فلا أجر لها بل عليها وزر فتعين تأويله واعلم أن هذا كله مفروض في قدر يسير يعلم رضا المالك به في العادة فان زاد على المتعارف لم يجز وهذا معنى قوله صلى الله عليه و سلم اذا أنفقت المرأة من طعام بيتها غير مفسدة فأشار صلى الله عليه و سلم إلى أنه قدر يعلم رضا الزوج به في العادة ونبه بالطعام أيضا على ذلك لأنه يسمح به في العادة بخلاف الدراهم والدنانير في حق أكثر الناس وفي كثير من الأحوال واعلم أن المراد بنفقة المرأة والعبد والخازن النفقة على عيال صاحب المال وغلمانه ومصالحه وقاصديه من ضيف وبن سبيل ونحوهما وكذلك صدقتهم المأذون فيها بالصريح أو العرف والله أعلم

(Lihat Kitab Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim Juz 7 Halaman 112-113)

 

قوله: "وما أنفقت من نفقة عن غير أمره فإنه يؤدي إليه شطره" أي نصفه، والمراد نصف الأجر كما جاء واضحا في رواية همام عن أبي هريرة في البيوع، ويأتي في النفقات بلفظ: "إذا أنفقت المرأة من كسب زوجها عن غير أمره فله نصف أجره" في رواية أبي داود "فلها نصف أجره" وأغرب الخطابي فحمل قوله: "يؤدي إليه شطره" على المال المنفق، وأنه يلزم المرأة إذا أنفقت بغير أمر زوجها زيادة على الواجب لها أن تغرم القدر الزائد، وأن هذا هو المراد بالشطر في الخبر لأن الشطر يطلق على النصف وعلى الجزء، قال: ونفقتها معاوضة فتقدر بما يوازيها من الفرض وترد الفضل عن مقدار الواجب، وإنما جاز لها في قدر الواجب لقصة هند "خذي من ماله بالمعروف" ا هـ. وما ذكرناه من الرواية الأخرى يرد عليه. وقد استشعر الإيراد فحمل الحديث الآخر على معنى آخر وجعلهما حديثين

مختلفي الدلالة، والحق أنهما حديث واحد رويا بألفاظ مختلفة. وأما تقييده بقوله: "عن غير أمره" فقال النووي: عن غير أمره الصريح في ذلك القدر المعين، ولا ينفي ذلك وجود إذا سابق عام يتناول هذا القدر وغيره إما بالصريح وإما بالعرف. قال: ويتعين هذا التأويل لجعل الأجر بينهما نصفين، ومعلوم أنها إذا أنفقت من ماله بغير إذنه لا الصريح ولا المأخوذ من العرف لا يكون لها أجر بل عليها وزر، فيتعين تأويله. قال: وأعلم أن هذا كله مفروض في قدر يسير يعلم رضا المالك به عرفا، فإن زاد على ذلك لم يجز. ويؤيده قوله - يعني كما مر في حديث عائشة في كتاب الزكاة والبيوع - "إذا أنفقت المرأة من طعام بيتها غير مفسدة" فأشار إلى أنه قدر يعلم رضا الزوج به في العادة، قال: ونبه بالطعام أيضا على ذلك لأنه مما يسمح به عادة، بخلاف النقدين في حق كثير من الناس وكثير من الأحوال. قلت: وقد تقدمت في شرح حديث عائشة في الزكاة مباحث لطيفة وأجوبة في هذا، ويحتمل أن يكون المراد بالتنصيف في حديث الباب الحمل على المال الذي يعطيه الرجل في نفقة المرأة، فإذا أنفقت منه بغير علمه كان الأجر بينهما: للرجل لكونه الأصل في اكتسابه ولكونه يؤجر على ما ينفقه على أهله كما ثبت من حديث سعد بن أبي وقاص وغيره، وللمرأة لكونه من النفقة التي تختص بها. ويؤيد هذا الحمل ما أخرجه أبو داود عقب حديث أبي هريرة هذا قال في المرأة تصدق من بيت زوجها؟ قال: لا إلا من قوتها والأجر بينهما، ولا يحل لها أن تصدق من مال زوجها إلا بإذنه. قال أبو داود في رواية أبي الحسن بن العبد عقبه: هذا يضعف حديث همام ا هـ، ومراده أنه يضعف حمله على التعميم، أما الجمع بينهما بما دل عليه هدا الثاني فلا، وأما ما أخرجه أبو داود وابن خزيمة من حديث سعد قال: "قالت امرأة يا نبي الله إنا كل على آبائنا وأزواجنا وأبنائنا، فما يحل لنا من أموالهم؟ قال: الرطب تأكلنه وتهدينه". وأخرج الترمذي وابن ماجه عن أبي أمامة رفعه:" لا تنفق امرأة شيئا من بيت زوجها إلا بإذنه، قيل: ولا الطعام؟ قال: ذاك أفضل أموالنا" وظاهرهما التعارض، ويمكن الجمع بأن المراد بالرطب ما يتسارع إليه الفساد فأذن فيه، بخلاف غيره ولو كان طعاما والله أعلم.

(Lihat Kitab Fathul Bari Juz 9 Halaman 296-297)

 

وهذا الدليل للمالكية وجوابه أنه ليس إجماعهم حجة ولو أجمعوا كما عرف في الأصول على أنه لا يتم دعوى إجماعهم، فقد أخرج الترمذي وابن خزيمة وصححه أن أبا سعيد أتى ومروان يخطب فصلاهما فأراد حرس مروان أن يمنعوه فأبى حتى صلاهما ثم قال: ما كنت لأدعهما بعد أن سمعت رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم يأمر بهما

(وعن عائشة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم: "إذا أَنفقت المرأة من طعام بيتها غير مفسدة) كأن المراد غير مسرفة في الإنفاق (كان لها أجرُها بما أَنفقتْ ولزوْجها أَجْرُهُ بما اكتسب وللخازن مثل ذلك لا ينقص بعضهم من أَجْر بعض شيئاً" متفق عليه)

فيه دليل جواز تصدق المرأة من بيت زوجها، والمراد إنفاقها من الطعام الذي لها فيه تصرف بصفته للزوج ومن يتعلق به شرط أن يكون ذلك بغير إضرار وأن لا يخل بنفقتهم

قال ابن العربي: قد اختلف السلف في ذلك فمنهم من أجازه في الشيء اليسير الذي لا يؤبه له ولا يظهر به النقصان، ومنهم من حمله على ما إذا أذن الزوج ولو بطريق الإجمال، وهو اختيار البخاري ويدل له ما أخرجه الترمذي عن أبي أمامة قال: قال رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم: "لا تنفق المرأة من بيت زوجها إلا بإذنه" قال: يا رسول الله ولا الطعام؟ قال: "ذلك أفضل أموالنا" إلا أنه قد عارضه ما أخرجه البخاري من حديث أبي هريرة بلفظ "إذا أنفقت المرأة من كسب زوجها من غير أمره فلها نصف أجره"

ولعله يقال في الجمع بينهما: إن إنفاقها مع إذنه تستحق الأجر كاملاً ومع عدم الإذن نصف الأجر، وأن النهي عن إنفاقها من غير إذنه إذا عرفت منه الفقر أو البخل فلا يحل لها الإنفاق إلا بإذنه، بخلاف ما إذا عرفت منه خلاف ذلك، جاز لها الإنفاق من غير إذنه، ولها نصف أجره

ومنهم من قال المراد بنفقة المرأة والعبد والخادم: النفقة على عيال صاحب المال في مصالحه، وهو بعيد من لفظ الحديث

ومنهم من فرق بين المرأة والخادم فقال: المرأة لها حق في مال الزوج والتصرف في بيته، فجاز لها أن تتصدق، بخلاف الخادم فليس له تصرف في مال مولاه فيشترط الإذن فيه

ويرد عليه أن المرأة ليس لها التصرف إلا في القدر الذي تستحقه، وإذا تصدقت منه اختصت بأجره ثم

ظاهره أنهم سواء في الأجر، ويحتمل أن المراد بالمثل حصول الأجر في الجملة وإن كان أجر المكتسب أوفر إلا في حديث أبي هريرة "ولها نصف أجره" فهو يشعر بالمساواة

(Lihat Kitab Subulus Salam Bab Zakat Halaman 18)

 

قال أبو عيسى: هذا حديثٌ حسنٌ صحيحٌ. وهذا أَصحّ مِنْ حديثِ عَمْرِو بن مُرّةَ عن أبي وَائِلٍ. وعَمْروُ بن مُرّةَ لا يذْكُرُ في حديِثهِ عن مَسْرُوقٍ. قوله: (لا تنفق) نفي وقيل نهى (إلا بإذن زوجها) أي صريحاً أو دلالة (قال ذلك أفضل أموالنا) يعني فإذا لم تجز الصدقة بما هو أقل قدراً من الطعام بغير إذن الزوج فكيف تجوز بالطعام الذي هو أفضل. قوله: (وفي الباب عن سعد بن أبي وقاص) أخرجه أبو داود بلفظ قال: لما بايع رسول الله صلى الله عليه وسلم النساء قامت امرأة جليلة كأنها من نساء مضر. فقالت يا نبي الله أنأكل على آبائنا وأبنائنا وأزواجنا ما يحل لنا من أموالهم؟ قال: الرطب تأكلنه وتهدينه (وأسماء بنت أبي بكر) أخرجه عبد الرزاق بلفظ: أن أسماء بنت أبي بكر قالت: ما لي شيء إلا ما يدخل على الزبير فأتصدق منه؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "إنفقي ولا توكي فيوكى عليك" (وأبي هريرة) أخرجه الشيخان مرفوعاً بلفظ: إذا أنفقت المرأة من كسب زوجها من غير أمره فلها نصف أجره (وعبد الله بن عمرو) لينظر من أخرجه (وعائشة) أخرجه الشيخان وأخرجه الترمذي أيضاً في هذا الباب. قوله: (حديث أبي أمامة حديث حسن) في سنده إسماعيل بن عياش الحمصي صدوق في روايته عن أهل بلده مخلط في غيرهم، وقد روى هذا الحديث عن شرحبيل بن مسلم الخولاني وهو من أهل بلده فإنه شامي. قال في التقريب في ترجمته: صدوق فيه لين، وقال في الخلاصة: وثقه العجلي وأحمد وضعفه ابن معين. قوله: (إذا تصدقت المرأة من بيت زوجها) أي بطيب نفس غير مفسدة كما في الرواية الاَتية، وفي رواية للبخاري: من طعام بيتها. قوله: (وللخازن) أي الذي كانت النفقة بيده (له بما كسب) أي للزوج بسبب كسبه وتحصيله (ولها بما أنفقت) أي وللزوجة بسبب إنفاقها. قال محي السنة: عامة العلماء على أنه لا يجوز لها التصدق من مال زوجها بغير إذنه وكذا الخادم. والحديث الدال على الجواز أخرج على عادة أهل الحجاز يطلقون الأمر للأهل والخادم في التصدق والإنفاق عند حضور السائل ونزول الضيف كما قال عليه الصلاة والسلام: لا توعي فيوعى الله عليك انتهى. قوله: (هذا حديث حسن وأخرجه البخاري ومسلم) . قوله: (إذا أعطت المرأة من بيت زوجها) أي أنفقت وتصدقت (غير مفسدة) نصب على الحال أي غير مسرفة في التصدق. وهذا محمول على إذن الزوج لها بذلك صريحاً أو دلالة، وقيل هذا جار على عادة أهل الحجاز فإن عاداتهم أن يأذنوا لزوجاتهم وخدمهم بأن يضيفوا الأضياف ويطعموا السائل والمسكين والجيران فحرض رسول الله صلى الله عليه وسلم أمته على هذه العادة الحسنة والخصلة المستحسنة، كذا في المرقاة (فإن لها مثل أجره) أي للمرأة مثل أجر الزوج (لها ما نوت حسناً) حال من الموصولة في قوله: ما نوت كذا في بعض الحواشي. قوله: (هذا حديث حسن صحيح) وأخرجه البخاري ومسلم.

(Lihat Kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan Tirmidzi Juz 2 Halaman 254-255)

 

 

 

Wallahu A’lam