FIKIH : Istri Memakai Kerudung Dan Tidak Menampakkan Perhiasannya Pada Orang Yang Bukan Mahramnya
Kewajiban Istri Pada Suaminya (2)
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ
يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا
يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya : Hai Nabi
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.
(QS. Al-Ahdzab : 59)
{ يا أيها النبي قل
لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهن } جمع جلباب وهي الملاءة
التي تشتمل بها المرأة أي يرخين بعضها على الوجوه إذا خرجن لحاجتهن إلا عينا واحدة
{ ذلك أدنى } أقرب إلى { أن يعرفن } بأنهن حرائر { فلا يؤذين } بالتعرض لهن بخلاف
الإماء فلا يغطين وجوههن فكان المنافقون يتعرضون لهن { وكان الله غفورا } لما سلف
منهن من ترك الستر { رحيما } بهن إذ سترهن
Artinya : (Hai Nabi!
Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
Mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka") lafal JALAABIIB adalah bentuk jamak dari lafal Jilbaab, yaitu kain
yang dipakai oleh seorang wanita untuk menutupi seluruh tubuhnya. Maksudnya
hendaknya mereka mengulurkan sebagian daripada kain jilbabnya itu untuk
menutupi muka mereka, jika mereka hendak keluar karena suatu keperluan, kecuali
hanya bagian yang cukup untuk satu mata. (Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah) lebih gampang (untuk dikenal) bahwasanya mereka adalah wanita-wanita
yang merdeka (karena itu mereka tidak diganggu) maksudnya tidak ada orang yang
berani mengganggunya, berbeda halnya dengan hamba sahaya wanita, mereka tidak
diperintahkan untuk menutupi mukanya, sehingga orang-orang munafik selalu
mengganggu mereka. (Dan adalah Allah Maha Pengampun) terhadap hal-hal yang
telah lalu pada kaum wanita Mukmin yang merdeka, yaitu tidak menutupi wajah
mereka (lagi Maha Penyayang) kepada mereka jika mereka mau menutupinya. (Lihat
Kitab Tafsir Jalalain Halaman 559)
يقول
تعالى آمرا رسوله، صلى الله عليه وسلم تسليما، أن يأمر النساء المؤمنات -خاصة
أزواجه وبناته لشرفهن بأن يدنين عليهن من جلابيبهن، ليتميزن عن سمات نساء الجاهلية
وسمات الإماء. والجلباب هو: الرداء فوق الخمار. قاله ابن مسعود، وعبيدة، وقتادة،
والحسن البصري، وسعيد بن جبير، وإبراهيم النخعي، وعطاء الخراساني، وغير واحد. وهو
بمنزلة الإزار اليوم.
قاله الجوهري: الجلباب: الملحفة.
Artinya : Allah
menyuruh Rasulullah SAW agar dia menyuruh wanita-wanita mu'min, terutama
istri-istri dan anak-anak perempuan beliau, karena keterpandangan mereka, agar
mengulurkan jilbab keseluruh tubuh mereka, sebab cara berpakaian yang demikian
dapat membedakan mereka dari kaum wanita jahiliyah dan budak-budak perempuan.
Jilbab berarti selendang yang lebih lebar daripada kerudung. Demikianlah
menutut ibnu mas'ud, Ubaidah, Qatadah, dan sebagainya. Kalau sekarang, jilbab
itu seperti kain panjang. Al-Jauhari berkata, jilbab ialah kain yang dapat
dilipatkan. (Lihat Kitab Tafsir Ibnu Katsir Juz 6 Halaman 481)
قال
علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس: أمر الله نساء المؤمنين إذا خرجن من بيوتهن في
حاجة
أن يغطين وجوههن من فوق رؤوسهن بالجلابيب، ويبدين عينًا واحدة.
وقال محمد بن سيرين: سألت عَبيدةَ السّلماني عن قول الله تعالى: { يُدْنِينَ
عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ } ، فغطى وجهه ورأسه وأبرز عينه اليسرى.
وقال عكرمة: تغطي ثُغْرَة نحرها بجلبابها تدنيه عليها.
Artinya : Ali bin abi Talhah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, dia berkata, Allah menyuruh kaum wanita mukmin, jika mereka hendak
keluar rumah untuk suatu kepentingan, agar menutup wajah mereka, mulai dari
atas kepala dengan jilbab, yang boleh tanpak hanyalah kedua matanya saja. Muhammad
bin sirin berkata, aku bertanya kepada ubaidah as-salmani, mengenai firman
Allah :”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya”. (QS.
Al-Ahdzab : 59). Dia berkata, yaitu menutup wajah, kepala, dan hanya boleh
menampakkan mata kiri saja. Ikrimah berkata, berarti wanita harus menutupi
lehernya dengan jilbab yang di lipatkan kedadanya. (Lihat Kitab Tafsir Ibnu
Katsir Juz 6 Halaman 481-482)
حدثنا
عبد الرزاق، أخبرنا مَعْمَر، عن ابن خُثَيْم، عن صفية بنت شيبة، عن أم سلمة قالت:
لما نزلت هذه الآية: { يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ } ، خرج نساء
الأنصار كأن على رؤوسهن الغربان من السكينة، وعليهن أكسية سود يلبسنها.
Artinya : Telah menceritakan kepada kami abdurrazzaq, telah
mengabarkan kepada kami ma’mar, dari ibnu khutsaim, dari shofiyah binti
syaibah, dari ummu salamah, dia berkata, setelah ayat di atas
turun : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya”. (QS.
Al-Ahdzab : 59). Maka kaum wanita anshar
keluar rumah dan seolah-olah di kepala mereka terdapat sarang burung gagak,
merekapun mengenakan baju hitam. (HR. Abdur Razzaq Dalam Kitab Tafsirnya Juz 2
Halaman 101)
وَقُلْ
لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا
يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ
عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ
آَبَائِهِنَّ أَوْ آَبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ
بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي
أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ
التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ
الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ
بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى
اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya : Katakanlah
kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau
putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung. (QS. An-Nuur : 31)
{ وقل للمؤمنات يغضضن من
أبصارهن } عما لا يحل لهن نظره { ويحفظن فروجهن } عما لا يحل لهن فعله بها { ولا
يبدين } يظهرن { زينتهن إلا ما ظهر منها } وهو الوجه والكفان فيجوز نظره لأجنبي إن
لم يخف فتنة في أحد وجهين والثاني يحرم لأنه مظنة الفتنة ورجح حسما للباب { وليضربن
بخمرهن على جيوبهن } أي يسترن الرؤوس والأعناق والصدور بالمقانع { ولا يبدين
زينتهن } الخفية وهي ما عدا الوجه والكفين { إلا لبعولتهن } جمع بعل : أي زوج { أو
آبائهن أو آباء بعولتهن أو أبنائهن أو أبناء بعولتهن أو إخوانهن أو بني إخوانهن أو
بني أخواتهن أو نسائهن أو ما ملكت أيمانهن } فيجوز لهم نظرة إلا ما بين السرة
والركبة فيحرم نظره لغير الأزواج وخرج بنسائهن الكافرات فلا يجوز للمسلمات الكشف
لهن وشمل ما ملكت أيمانهن العبيد { أو التابعين } في فضول الطعام { غير } بالجر
صفة والنصب استثناء { أولي الإربة } أصحاب الحاجة إلى النساء { من الرجال } بأن لم
ينتشر ذكر كل { أو الطفل } بمعنى الأطفال { الذين لم يظهروا } يطلعوا { على عورات
النساء } للجماع فيجوز أن يبدين لهم ما عدا ما بين السرة والركبة { ولا يضربن
بأرجلهن ليعلم ما يخفين من زينتهن } من خلخال يتقعقع
{ وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون } مما وقع لكم من النظر الممنوع منه ومن
غيره { لعلكم تفلحون } تنجون من ذلك لقبول التوبة منه وفي الآية تغليب الذكور على
الإناث
Artinya : (Dan
katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan
pandangannya) daripada hal-hal yang tidak dihalalkan bagi mereka melihatnya
(dan memelihara kemaluannya) dari hal-hal yang tidak dihalalkan untuknya (dan
janganlah mereka menampakkan) memperlihatkan (perhiasannya, kecuali yang biasa
tampak daripadanya) yaitu wajah dan dua telapak tangannya, maka kedua
perhiasannya itu boleh dilihat oleh lelaki lain, jika tidak dikhawatirkan
adanya fitnah. Demikianlah menurut pendapat yang membolehkannya. Akan tetapi
menurut pendapat yang lain hal itu diharamkan secara mutlak, sebab merupakan
sumber terjadinya fitnah. Pendapat yang kedua ini lebih kuat demi untuk menutup
pintu fitnah. (Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya)
hendaknya mereka menutupi kepala, leher dan dada mereka dengan kerudung atau
jilbabnya (dan janganlah menampakkan perhiasannya) perhiasan yang tersembunyi,
yaitu selain dari wajah dan dua telapak tangan (kecuali kepada suami mereka)
bentuk jamak dari lafal Ba'lun artinya suami (atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara mereka, atau putra-putra saudara-saudara mereka, atau
putra-putra saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam atau
budak-budak yang mereka miliki) diperbolehkan bagi mereka melihatnya kecuali
anggota tubuh antara pusar dan lututnya, anggota tersebut haram untuk dilihat
oleh mereka selain dari suaminya sendiri. Dikecualikan dari lafal Nisaaihinna,
yaitu perempuan-perempuan yang kafir, bagi wanita Muslimat tidak boleh membuka
aurat di hadapan mereka. Termasuk pula ke dalam pengertian Maa Malakat
Aymaanuhunna, yaitu hamba sahaya laki-laki miliknya (atau pelayan-pelayan
laki-laki) yakni pembantu-pembantu laki-laki (yang tidak) kalau dibaca Ghairi
berarti menjadi sifat dan kalau dibaca Ghaira berarti menjadi Istitsna
(mempunyai keinginan) terhadap wanita (dari kalangan kaum laki-laki)
seumpamanya penis masing-masing tidak dapat bereaksi (atau anak-anak) lafal
Ath-Thifl bermakna jamak sekalipun bentuk lafalnya tunggal (yang masih belum
mengerti) belum memahami (tentang aurat wanita) belum mengerti persetubuhan,
maka kaum wanita boleh menampakkan aurat mereka terhadap orang-orang tersebut
selain antara pusar dan lututnya. (Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan) yaitu berupa gelang kaki,
sehingga menimbulkan suara gemerincing. (Dan bertobatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman) dari apa yang telah kalian kerjakan, yaitu
sehubungan dengan pandangan yang dilarang ini dan hal-hal lainnya yang dilarang
(supaya kalian beruntung") maksudnya selamat dari hal tersebut karena
tobat kalian diterima. Pada ayat ini ungkapan Mudzakkar mendominasi atas
Muannats. (Lihat Kitab Tafsir Jalalain Halaman 462)
هذا
أمْرٌ من الله تعالى للنساء المؤمنات، وغَيْرَة منه لأزواجهنّ، عباده المؤمنين،
وتمييز لهن عن صفة نساء الجاهلية وفعال المشركات. وكان سبب نزول هذه الآية ما ذكره
مقاتل بن حيَّان قال: بلغنا -والله أعلم -أن جابر بن عبد الله الأنصاري حَدَّث: أن
"أسماء بنت مُرْشدَة" كانت في محل لها في بني حارثة، فجعل النساء يدخلن
عليها غير مُتَأزّرات فيبدو ما في أرجلهن من الخلاخل، وتبدو صدورهن وذوائبهن،
فقالت أسماء: ما أقبح هذا. فأنزل الله: { وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ
أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ } الآية.
فقوله
تعالى: { وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ } أي: عما حَرَّم
الله عليهن من النظر إلى غير أزواجهن. ولهذا ذهب [كثير من العلماء] إلى أنه: لا
يجوز للمرأة أن تنظر إلى الأجانب بشهوة ولا بغير شهوة أصلا.
Artinya : ini merupakan
perintah Allah kepada wanita-wanita mukminah, karena kecemburuan-Nya terhadap
suami-suami mereka, para hamba-Nya yang beriman, dan untuk membedakan mereka
dengan sifat wanita jahiliyah dan wanita musyrikah. Sebab turunnya ayat ini
seperti yang di sebutkan oleh muqatil bin hayyan, bahwa ia berkata, telah
sampai kepada kami riwayat dari jabir bin 'abdillah al-anshari, ia menceritakan
bahwa asma' binti martsad berada di tempatnya di kampung bani haritsah. Di situ
para wanita masuk menemuinya tanpa mengenakan kain sehingga tampaklah gelang
pada kaki-kaki mereka dan tampak juga dada dan jalinan rambut mereka. Asma'
berkata, sungguh jelek kebiasaan ini. Lalu turun firman Allah : “katakanlah
kepada orang yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan
memelihara kemaluannya”. (QS. Surat An-Nuur : 31). Sampai akhir ayat. Maka
Allah Berfirman : “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka
menahan pandangan mereka”. (QS. An-Nuur : 31). Yakni dari perkara yang haram
mereka lihat, di antaranya melihat kepada laki-laki selain suami mereka. Oleh
sebab itu, sebagian besar ulama' berpendapat, wanita tidak boleh melihat kepada
laki-laki yang bukan mahram, baik di sertai dengan syahwat atau tanpa syahwat.
(Lihat Kitab Tafsir Ibnu Katsir Juz 6 Halaman 44)
عن
الزهري، عن نبهان مولى أم سلمة أنه حدثه: أن أم سلمة حَدَّثته: أنها كانت عند رسول
الله صلى الله عليه وسلم وميمونة، قالت: فبينما نحن عنده أقبل ابنُ أمّ مكتوم،
فدخل عليه، وذلك بعدما أُمِرْنا بالحجاب، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
"احتجبا منه" فقلت: يا رسول الله، أليس هو أعمى لا يبصرنا ولا يعرفنا؟
فقال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: "أو عمياوان أنتما؟ ألستما تبصرانه".
Artinya : Dari Az-Zuhri,
dari Nabhan, Maula, Ummu Salamah, sesungguhnya ia bercerita, Ummu Salamah bercerita
kepadanya bahwa pada suatu hari ia dan maimunah bersama Rasulullah SAW ia
berkata, ketika kami berada di sisi beliau, tiba-tiba datanglah ibnu ummi
maktum dan masuk menemui beliau. Peristiwa itu terjadi setelah turunnya
perintah berhijab. Rasulullah berkata :"berhijablah darinya, aku berkata,
Wahai Rasulullah SAW , bukankah ia seorang buta yang tidak dapat melihat kami
dan tidak mengenali kami?, maka Rasulullah SAW berkata, apakah kalian berdua
juga buta?, bukankah kalian berdua melihatnya?". (HR. Abu Daud No. 4112
dan Tirmidzi 2778)
وذهب
آخرون من العلماء إلى جواز نظرهن إلى الأجانب بغير شهوة، كما ثبت في الصحيح: أن
رسول الله صلى الله عليه وسلم جعل ينظر إلى الحبشة وهم يلعبون بحرابهم يوم العيد
في المسجد، وعائشة أم المؤمنين تنظر إليهم من ورائه، وهو يسترها منهم حتى مَلَّت
ورجعت.
وقوله: { وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ } قال سعيد بن جُبَيْر:، عن الفواحش. وقال
قتادة وسفيان: عما لا يحل لهن. وقال مقاتل: ، عن الزنى. وقال أبو العالية: كل آية
نزلت في القرآن يذكر فيها حفظ الفروج، فهو من الزنى، إلا هذه الآية: {
وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ } ألا يراها أحد.
وقال : { وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا } أي: لا يُظهرْنَ
شيئا من الزينة للأجانب، إلا ما لا يمكن إخفاؤه.
وقال
ابن مسعود: كالرداء والثياب. يعني: على ما كان يتعاناه نساء العرب، من المِقْنعة
التي تُجَلِّل ثيابها، وما يبدو من أسافل الثياب فلا حرج عليها فيه؛ لأن هذا لا
يمكن إخفاؤه. [ونظيره في زي النساء ما يظهر من إزارها، وما لا يمكن إخفاؤه. وقال]
بقول ابن مسعود: الحسن، وابن سيرين، وأبو الجوزاء، وإبراهيم النَّخَعي، وغيرهم.
وقال
الأعمش، عن سعيد بن جُبَير، عن ابن عباس: { وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا
ظَهَرَ مِنْهَا } قال: وجهها وكفيها والخاتم. ورُوي عن ابن عمر، وعطاء، وعكرمة،
وسعيد بن جبير، وأبي الشعثاء، والضحاك، وإبراهيم النَّخَعي، وغيرهم نحوُ ذلك. وهذا
يحتمل أن يكون تفسيرًا للزينة التي نهين عن إبدائها، كما قال أبو إسحاق السَّبيعي،
عن أبي الأحْوَص، عن عبد الله قال في قوله: { وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ } :
الزينة القُرْط والدُّمْلُج والخلخال والقلادة. وفي رواية عنه بهذا الإسناد قال:
الزينة زينتان: فزينة لا يراها إلا الزوج: الخاتم والسوار، [وزينة يراها الأجانب،
وهي] الظاهر من الثياب.
وقال
الزهري: [لا يبدو] لهؤلاء الذين سَمَّى الله ممن لا يحل له إلا الأسورة والأخمرة
والأقرطة من غير حسر، وأما عامة الناس فلا يبدو منها إلا الخواتم.
وقال مالك، عن الزهري: { إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا } الخاتم والخلخال.
ويحتمل
أن ابن عباس ومن تابعه أرادوا تفسير ما ظهر منها بالوجه والكفين، وهذا هو المشهور
عند الجمهور
Artinya : Dan Sebagian
ulama' lainnya berpendapat, kaum wanita boleh melihat laki-laki bukan mahram
asalkan tanpa di sertai dengan syahwat. Seperti yang di riwayatkan dalam kitab
ash-shahih, bahwa Rasulullah SAW menyaksikan kaum habasyah yang sedang bermain
tombak pada hari 'ied di dalam masjid, sementara 'Aisyah Ummul Mukmini
Radhiyallahu 'Anhaa juga menyaksikan mereka di belakang beliau, beliau
menutupinya dari mereka hingga 'Aisyah jemu dan pulang. Dan Firman Allah :”dan
memelihara kemaluan mereka”. (QS. An-Nuur : 31). Sa'id bin jubair berkata,
ya'ni dari perbuatan keji (zina). Qatadah dan Sufyan mengatakan, dari perkara
yang tidak halal bagi mereka. Muqatil mengatakan, dari perbuatan zina. Dan Abul
'Aliyah mengatakan, seluruh dalam ayat Al-Qur'an yang di sebutkan di dalamnya
perintah menjaga kemaluan, maka maksudnya adalah menjaganya dari perbuatan
zina, kecuali ayat ini : ”dan memelihara kemaluan mereka”. (QS. An-Nuur : 31). Maksudnya
adalah menjaga agar tidak terlihat oleh seorang pun. Dan Firman Allah :”Dan janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka menampakkan perhiasaan mereka kecuali yang
(biasa) nampak dari mereka”. (QS. An-Nuur : 31). Ya'ni janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka kepada laki-laki bukan mahram, kecuali perhiasan
yang tidak mungkin di sembunyikan.Abdullah bin Mas'ud mengatakan, contohnya
kerudung, baju luar yaitu pakaian yang biasa di kenakan oleh wanita Arab, ya'ni
baju kurung yang menutupi seluruh tubuh. Adapun yang tampak di bawah baju
tersebut, maka tiada dosa atas mereka, karena hal itu tidak mungkin di tutupi.
Sama halnya dengan perhiasan wanita yang tampak, berupa kain sarung yang tidak
mungkin di tutupi. Para Ulama' lain yang berkata seperti itu di antaranya
Al-Hasan Al-Basri, Muhammad bin Sirin, Abul Jauza', Ibrahim An-Nakha'i dan
lain-lain. Al-A'masy meriwayatkan dari sa'id bin jubbair, dari 'Abdullah bin
'Abbas, berkaitan dengan firman Allah : “dan janganlah mereka menampakkan
perhiasan mereka mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka”. (QS. An-Nuur
: 31). Ia berkata, ya'ni Wajah, kedua telapak tangan dan cincinnya. Diriwayatkan
seperti itu juga dari 'Abdullah bin 'Umar, Atta', Ikrimah, Sa'd bin Jubair,
Abusy Sya'tsaa', Ad-Dahhak, Ibrahim An-Nakha'i dan selain mereka. Kemungkinan
itu merupakan tafsir dari perhiasan yang di larang untuk di tampakkan seperti
yang di katakan oleh Abu Ishaq As-Sabi'i, dari Abul Ahwash, dari 'Abdullah bin
Mas'ud tentang firman Allah : “dan janganlah mereka menampakkan perhiasan
mereka”. (QS. An-Nuur : 31). Beliau berkata, perhiasan seperti anting-anting,
gelang tangan, gelang kaki dan kalung. Dalam riwayat lain, masih dari beliau
melalui sanad ini juga, perhiasan ada dua macam, perhiasan yang hanya boleh di
lihat oleh suami, yaitu cincin dan kalung. Dan perhiasan yang boleh di lihat
oleh orang lain yaitu pakaian luar. Az-Zuhri berkata, kaum wanita hendaklah
tidak menampakkan perhiasannya kepada orang-orang yang Allah sebutkan dalam
ayat di atas yang tidak halal baginya, kecuali kalung, kerudung, dan
anting-anting tampa menyingkap pakaiannya. Adapun terhadap orang lain, ia tidak
boleh menampakkannya kecuali cincin. Imam Malik meriwayatkan dari Az-Zuhri berkaitan
dengan firman Allah :”kecuali yang (biasa) nampak dari mereka”. (QS. An-Nuur :
31). Ya'ni cincin dan gelang kaki. Dan kemungkinan Ibnu Abbas dan para Ulama'
yang mengikuti pendapatnya menafsirkan firman Allah :"kecuali yang (biasa)
nampak dari mereka". (QS. An-Nuur : 31). Dengan wajah dan dua telapak
tangan. Itulah tafsir yang populer di kalangan jumhur Ulama'. (Lihat Kitab Tafsir
Ibnu Katsir Juz 6 Halaman 45)
عن
خالد بن دُرَيك، عن عائشة، رضي الله عنها؛ أن أسماء بنت أبي بكر دخلت على النبي
صلى الله عليه وسلم وعليها ثياب رقاق، فأعرض عنها وقال: "يا أسماء، إن المرأة
إذا بلغت المحيض لم
يصلح
أن يُرَى منها إلا هذا" وأشار إلى وجهه وكفيه.
Artinya : Dari khalid
bin bin duraik, dari 'Aisyah bahwasannya Asma' binti Abi Bakar datang menemui
Rasulullah SAW saat itu ia mengenakan pakaian tipis. Rasulullah SAW memalingkan
wajah darinya dan berkata :"hai asma' sesungguhnya apabila seorang wanita
telah haidh (mencapai usia baligh), maka tidak boleh terlihat darinya kecuali
ini dan ini (beliau mengisyaratkan kepada wajah dan dua telapak tangannya).
(HR. Abu Daud No. 4104)
وقوله:
{ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } يعني: المقانع يعمل لها
صَنفات ضاربات على صدور النساء، لتواري ما تحتها من صدرها وترائبها؛ ليخالفن شعارَ
نساء أهل الجاهلية
Dan Firman Allah
:"dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka". (QS.
An-Nuur : 31). Ya'ni kerudung di buat luas hingga menutupi dadanya, gunanya
untuk menutupi bagian tubuh di bawahnya seperti dada dan tulang dada serta agar
menyelisihi model wanita jahiliyah. (Lihat Kitab Tafsir Ibnu Katsir Juz 6
Halaman 46)
عن
عُرْوَةَ، عن عائشة، رضي الله عنها، قالت: يرحم الله نساء المهاجرات الأول، لما
أنزل الله: { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } شقَقْنَ مُرُوطهن
فاختمرن به.
Artinya : Dari ‘Urwah, dari
'Aisyah ia berkata, semoga Allah merahmati wanita-wanita muhajirah generasi
awal, ketika turun ayat :"dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dada mereka". (QS. An-Nuur : 31). Mereka merobek-robek kain-kain dan
berkerudung dengannya. (HR. Bukhori No. 4758)
عن
صفية بنت شيبة قالت: بينا نحن عند عائشة، قالت: فذكرنا نساء قريش وفضلهن. فقالت
عائشة، رضي الله عنها: إن لنساء قريش لفضلا وإني -والله -وما رأيت أفضلَ من نساء
الأنصار أشدّ تصديقًا بكتاب الله، ولا إيمانًا بالتنزيل. لقد أنزلت سورة النور: {
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ }، انقلب إليهن رجالهن يتلون
عليهن ما أنزل الله إليهم فيها، ويتلو الرجل على امرأته وابنته وأخته، وعلى كل ذي
قرابة، فما منهن امرأة إلا قامت إلى مِرْطها المُرَحَّل فاعتجرت به، تصديقًا
وإيمانًا بما أنزل الله من كتابه، فأصبحْنَ وراء رسول الله صلى الله عليه وسلم
الصبح معتجرات، كأن على رؤوسهن الغربان.
Artinya : Dari Shafiyyah binti syaibah, ia
berkata, ketika kami berada di sisi 'aisyah dan berkata, kami menyebut
wanita-wanita Quraisy dan ke utamaan wanita. 'Aisyah berkata, sesungguhnya
wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan. Demi Allah sungguh aku belum melihat
wanita yang lebih utama daripada wanita anshar, yan palin memenarkan Kitabullah
dan paling kuat keimanannya kepada wahyu yang di turunkan. Sungguh, ketika
turun firman Allah :"dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada
mereka". (QS. An-Nuur : 31). Suami-suami mereka pulang menemui mereka dan
membacakan ayat yang di turunkan Allah ini kepada mereka. Para suami
membacakannya pada istrinya, putrinya, saudara perempuannya, dan pada seluruh
karib kerabatnya. Segera saja setiap wanita bangkit dan mengoyak kain-kain
mereka lalu menutup tubuh mereka dengannya sebagai pembenaran terhadap
kitabullah dan ke imanan mereka kepada wahyu yang di turunkan Allah dalam
kitab-Nya. Mereka pun berada di belakang Rasulullah SAW dengan mengenakan
kerudung penutup kepala seolah-olah burung-burung gagak hingga di atas kepala
mereka. (HR. Abu Daud No. 4100 dan 4101)
وقوله:
{ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ } يعني: أزواجهن، { أَوْ
آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ
بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي
أَخَوَاتِهِنَّ } كل هؤلاء محارم المرأة يجوز لها أن تظهر عليهم بزينتها، ولكن من
غير اقتصاد وتبهرج.
وقوله:
{ أَوْ نِسَائِهِنَّ } يعني: تُظهر زينتها أيضًا للنساء المسلمات دون نساء أهل
الذمة؛ لئلا تصفهن لرجالهن، وذلك -وإن كان محذورًا في جميع النساء -إلا أنه في
نساء أهل الذمة
Artinya : Allah
berfirman :"dan Janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada
suami mereka". (QS. An-Nuur : 31), BU'ULATUN artinya suami. Firman Allah
:"atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau
puttra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara parempuan
mereka". (QS. An-Nuur : 31). Mereka semua adalah mahram bagi seoan wanita,
ia boleh menampakkan pehiasannya kepada mereka akan tetapi tanpa bersolek. Dan Firman
Allaha :"atau wanita-wanita islam". Ia boleh menampakkan perhiasan
kepada wanita-wanita muslimah, bukan kepada wanita-wanita ahli dzimmah. (Lihat
Kitab Tafsir Ibnu Katsir Juz 6 Halaman 47)
عن ابن مسعود قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لا تباشر المرأةَ المرأةَ،
تنعتها لزوجها كأنه ينظر إليها".
Artinya : Drai Ibnu
Mas’ud, Rasulullah SAW telah bersabda :"Janganlah seoang wania melihat
wania lainnya kemudia ia menceritakannya kepada suaminya seolah-olah suaminya
meliha wanita itu". (HR. Bukhori No. 5241)
قوله: { أَوْ نِسَائِهِنَّ } قال: نساؤهن
المسلمات، ليس المشركات من نسائهن، وليس للمرأة المسلمة
أن تنكشف بين يدي المشركة.
Artinya : Firman Allah
:"atau wanita-wanita islam". (QS. An-Nuur : 31). Mujahid berkata,
ya'ni wanita-wanita muslimah, bukan wanita-wanita musyrikah, seorang wanita
muslimah tidak boleh menampakkan perhiasannya kepada wanita musyrikah. (Lihat
Kitab Tafsir Ibnu Katsir Juz 6 Halaman 47)
حدثنا سفيان بن عُيَيْنَة، عن الزهري، عن نَبْهَان،
عن أم سلمة، ذكرت أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "إذا كان لإحداكن
مُكَاتَب، وكان له ما يؤدي، فلتحتجب
منه".
Artinya : Telah mencerikan
kepada kami sufyan bin ‘uyainah, dari az-zuhri, dari nabhan, dari Ummu Salamah,
ia menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :"jika salah seorang dari
kalian (kaum wanita) memiliki budak dalam status MUKAATAB dan ia (budak itu)
memiliki harta untuk menebus dirinya, maka hendaklah ia berhijab darinya. (HR.
Ahmad Juz 6 Halaman 289 dan Abu Daud 3928)
وقوله: { أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي
الإرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ } يعني: كالأجراء والأتباع الذين ليسوا بأكفاء، وهم مع
ذلك في عقولهم وَله وخَوَث، ولا همَّ لهم إلى النساء ولا يشتهونهن.
قال ابن عباس: هو المغفل الذي لا شهوة له.
وقال مجاهد: هو الأبْلَه.
وقال عكرمة: هو المخَنَّث الذي لا يقوم زُبُّه.
وكذلك قال غير واحد من السلف.
Artinya : firman Allah
:"Atau pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita)". (QS. An-Nuur : 31). ya'ni seperti pelayan yang tidak sekufu.
Sudah pikun atau lemah akal serta tidak ada lagi keinginan dan gairah terhadap
wanita. Dan Abdullah bin Abbas berkata,
yaitu laki-laki yang sudah pikun dan tidak mempunyai nafsu syahwat lagi. Dan Mujahid
berkata, ya'ni laki-laki yang idiot. Dan Ikrimah berkata, ya'ni laki-laki yang
banci yang tidak berfungsi dzakarnya. Demikian pendapat sejumlah ulama' salaf.
(Lihat Kitab Ibnu Katsir Juz 6 Halaman 48)
حدثنا أبو معاوية، حدثنا هشام بن عُرْوَةَ، عن
أبيه، عن زينب بنت أبي سلمة، عن أم سلمة قالت: دخل عليها [رسول
الله صلى الله عليه وسلم] وعندها مخنث، وعندها [أخوها] عبد الله بن أبي أمية [والمخنث يقول لعبد الله:
يا عبد الله بن أبي أمية] إن فتح الله عليكم الطائف غدًا، فعليك بابنة غيلان، فإنها تقبل بأربع وتدبر بثمان. قال: فسمعه رسول الله صلى الله عليه
وسلم فقال لأم سلمة: "لا يدخلن هذا عليك" .
Artinya : Telah
menceritakan kepada kami abu mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami hisyam
bin ‘urwah, dari ayahnya, dari zainab binti abi salamah, dari ummu salamah, ia
berkata, ketika Rasulullah SAW masuk
menemuinya, di situ ada saudara laki-lakinya bernama Abdullah bin Abi Umayyah
dan seorang laki-laki banci. Laki-laki banci itu berkata, hai 'Abdullah, Allah
akan memberikan kemenangan pada kalian besok di ta'if, hendaklah engkau tidak
melewatkan putri ghailan karena ia datang dengan empat lipatan dan pergi dengan
delapan lipatan. Rasulullah SAW mendengar perkataannya itu, lalu beliau berkata
kepada Ummu salamah, "Janganlah orang seperti ini masuk menemuimu". (HR.
Ahmad Juz 6 Halaman 290 dan Bukhori No. 5887 dan Muslim No. 2180)
وقوله: { أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ
يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ } يعني: لصغرهم لا يفهمون أحوال
النساء وعوراتهنّ من كلامهن الرخيم، وتعطفهن في المشية وحركاتهن، فإذا كان الطفل صغيرًا لا يفهم
ذلك، فلا بأس بدخوله على النساء .فأما إن كان مراهقا أو قريبا منه، بحيث يعرف ذلك
ويدريه، ويفرق بين الشوهاء والحسناء، فلا يمكن من الدخول على النساء.
Artinya : Firman Allah
:"atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita". (QS.
An-Nuur : 31). Karena masih kecil, mereka belum mengerti tentang seluk beluk
wanita, aurat wanita, tutur kata wanita yang lemah lembut dan gaya jalan serta
gerak gerik wanita yang lemah gemulai. Jika anak tersebut masih kecil dan belum
paham tentang wanita, maka ia boleh masuk menemui kaum wanita. Adapun bila anak
itu telah mencapai usia baligh atau hampir mencapai usia baligh, telah
mengetahui tentang wanita, dan dapat membedakan antara wanita cantik dan wanita
tidak cantik, maka mereka tidak boleh masuk menemui kaum wanita. (Lihat Kitab
Tafsir Ibnu Katsir Juz 6 Halaman 49)
عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال:
"إياكم والدخول على النساء". قالوا: يا رسول الله، أفرأيت
الحَمْو؟ قال: "الحَمْو الموت".
Artinya : Dari Rasulullah
SAW bahwa beliau bersabda :"janganlah bertemu muka dengan kaum wanita!,
ada yang bertanya, bagaimana dengan saudara ipar?, Rasulullah SAW bersabda,
saudara Ipar laksana maut". (HR. Bukhori dan Muslim)
وقوله: { وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ
لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ } كانت
المرأة في الجاهلية إذا كانت تمشي في الطريق وفي رجلها خلخال
صامت لا يسمع
صوته -ضربت برجلها الأرض، فيعلم الرجال طنينه، فنهى الله المؤمنات عن مثل ذلك.
وكذلك إذا كان شيء من زينتها مستورًا، فتحركت
بحركة لتظهر ما
هو خفي، دخل في هذا النهي؛ لقوله تعالى: { وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ
لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ } : ومن ذلك أيضا أنها تنهى عن التعطر
والتطيب عند خروجها من بيتها ليَشْتَمَّ الرجال طيبه
Artinya : Firman Allah
:"dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka". (QS. An-Nuur : 31). Pada
masa jahiliyyah, kaum wanita berjalan di jalan dengan mengenakan gelang kaki
yang tidak mengeluarkan suara. Lalu ia sengaja menghentakkan kakinya supaya
kaum laki-laki mendengar dentingannya. Lalu Allah melarang wanita mukminah
melakukan hal semacam itu. Demikian pula jika ia meaamakai perhiasan yang
tersembunyi lalu di gerakkan untuk menampakkannya, maka termasuk dalam larangan
ini, berdasarkan firman Allah :”dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”. (QS. An-Nuur : 31). Termasuk
di dalamnya larangan memakai farfum dan wewangian ketika keluar dari rumahnya
sehingga sehingga kaum wanita mencium aromanya. (Lihat Kitab Tafsir Ibnu Katsir
Juz 6 Halaman 49)
حدثنا محمد بن بشار، حدثنا يحيى بن سعيد
القَّطَّان، عن ثابت بن عُمَارة الحنفي، عن غُنَيْم بن قيس، عن أبي موسى رضي الله
عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "كل عين زانية، والمرأة إذا استعطرت
فمرَّت بالمجلس فهي كذا وكذا"
يعني زانية.
Artinya : Telah
menceritakan kepada kami muhammad bin basyar, telah menceritakan kepada kami
yahya bin sa’id al-qaththan, dari tsabit bin ‘umarat al-hanafi, dari ghunaim
bin qais, dari Abu Musa Al-Asy'ary dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda
:"setiap mata berzina bilamana seorang wanita keluar dengan memakai farfum
lalu lewat di majlis, maka ia adalah begini dan begini". Ya'ni ia adalah
pezina. (HR. Tirmidzi No. 2786)
عن شداد بن أبي عمرو بن حماس، عن أبيه، عن حمزة
بن أبي أسيد الأنصاري، عن أبيه: أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول وهو
خارج من المسجد -وقد اختلط الرجال مع النساء في الطريق -فقال رسول الله صلى الله
عليه وسلم للنساء: "استأخرن، فإنه ليس لكن
أن تَحْققْن
الطريق، عليكن بحافات الطريق"، فكانت المرأة تلصق بالجدار، حتى إن ثوبها ليتعلق
بالجدار، من لصوقها به.
Artinya : Dari Syaddad
bin abi amr bin hammas, dari ayahnya, dari hamzah bin abi usaid Al-Anshari,
dari ayahnya, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda saat beliau berada di
luar masjid dan melihat wanita dan pria berbaur di jalan :" menyingkirlah
(kaum wanita), kalian tidak berhak berjalan bagian tengah jalan. Hendaklah
kalian berjalan bagian pinggir jalan". Ketika itu wanita mengambil bagian
tepi jalan sampai merapat ketembok sehingga baju mereka tergesek ketembok
karena terlalu rapat. (HR. Abu Daud No. 5272)
وقوله: { وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا
أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ } أي: افعلوا ما آمركم به من هذه
الصفات الجميلة والأخلاق الجليلة، واتركوا ما كان عليه أهل الجاهلية من الأخلاق
والصفات الرذيلة، فإن الفَلاح كل الفَلاح في فعل ما أمر الله
به ورسوله، وترك ما نهيا عنه، والله تعالى هو المستعان [وعليه
التكلان].
Artinya : Firman Allah
:"dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung". (QS. An-Nuur : 31). Lakukanlah apa yang
telah di perintahkan kepadamu berupa sifat-sifat yang indah dan akhlak-akhlak
yang mulia. Tinggalkanlah kebiasaan kaum jahiliyyah yang memiliki akhlak dan
sifat yang tercela, karena kemenangan hanya dapat di raih dengan mengerjakan
apa yang telah di perintahkan Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan apa yang
telah di larang oleh Allah da Rasul-Nya. (Lihat Kitab Tafsir Ibnu Katsir Juz 6
Halaman 50)
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ
أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ قَالَ
الْحَمْوُ الْمَوْتُ
Artinya : Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami
Laits dari Yazid bin Abu Habib dari Abul Khair dari Uqbah bin Amir bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Janganlah kalian masuk ke
dalam tempat kaum wanita. Lalu seorang laki-laki dari Anshar berkata, Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar? beliau menjawab: Ipar adalah
maut. (HR. Bukhori No. 5232 Juz 7 Halaman 37)
حدثنا
قتيبة حدثنا الليث عن يزيد بن أبي حبيب عن أبي الخير عن عقبة بن عامر أن رسول الله
صلى الله عليه و سلم قال إياكم والدخول على النساء فقال رجل من الأنصار يا رسول
الله ! أفرأيت الحمو ؟ قال الحمو الموت
Artinya : Qutaibah
menceritakan kepada kami, Al-Laits memberitahukan kepada kami dari Yazid bin
Abu Habib, dari Abu Al Khair, dari Uqbah bin Amr, ia mengatakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, Jauhilah oleh kalian masuk pada kaum perempuan.
Seorang lelaki dari kaum Anshar bertanya, Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan
saudara iparnya?" Rasuiullah SAW bersabda, "Saudara ipar adalah
kematian (bahayanya sangat besar). (HR. Tirmidzi No. 1171)
Dan wanita berbeda
dengan laki-laki (dalam pakaian ihram), maka wanita ihromnya di wajahnya adapun
lelaki ihromnya di kepalanya. Maka lelaki boleh untuk menutup seluruh wajahnya
tanpa harus dalam kondisi darurat, hal ini tidak boleh bagi wanita. Dan wanita
jika ia nampak (diantara para lelaki ajnabi) dan ia ingin untuk sitr
(tertutup/berhijab) dari manusia maka boleh baginya untuk
menguraikan/menjulurkan jilbabnya atau sebagian kerudungnya atau yang selainnya
dari pakaiannya, untuk dijulurkan dari atas kepalanya dan ia merenggangkannya
dari wajahnya sehingga ia bisa menutup wajahnya akan tetapi tetap renggang kain
dari wajahnya, sehingga hal ini seperti penutup bagi wajahnya, dan tidak boleh
baginya untuk menggunakan niqoob. Aurat wanita merdeka di
dalam shalat adalah selain wajah dan kedua telapak tangan bagian luar dan
bagian dalam hingga kedua pergelangannya. Adapun aurat wanita merdeka di luar
shalat adalah seluruh badannya. Adapun wanita merdeka,
maka auratnya di dalam shalat semua badannya kecuali wajah dan kedua telapak
tangan bagian luar dan bagian dalam hingga pergelangannya. Menurut pendapat yang
benar, dan Al-Imam (Imamul Haromain Al-Juwaini) berdalil untuk pendapat ini
dengan "kesepakatannya kaum muslimin untuk melarang para wanita keluar
dalam kondisi terbuka wajah-wajah mereka, dan juga karena melihat (wajah-wajah
mereka) sebab timbulnya fitnah dan menggerakan syahwat. Maka yang pantas dan
sesuai dengan keindahan syari'at adalah menutup pintu dan berpaling dari
perincian kondisi-kondisi seperti berkholwat (berdua-duaan) dengan wanita
ajnabiah (wanita yg bukan mahram). Dengan demikian tertolaklah pendapat bahwa
wajah bukanlah aurat, lantas bagaimana diharamkan memandangnya?, karena
meskipun wajah bukan aurot maka memandangnya sebab menimbulkan fintah atau
syahwat, maka orang-orang dilarang untuk melihat wajah sebagai bentuk
kehati-hatian. Dan Assubki berkata, Sesungguhnya
yang lebih dekat kepada sikap para ulama syafi'iyah bahwasanya wajah wanita dan
kedua telapak tangannya adalah aurat dalam hal dipandang bukan dalam sholat. Dan dimakaruhkan
seorang laki-laki sholat dengan baju yang ada gambarnya, demikian juga makruh
sholat dengan menutupi wajahnya. Dan dimakruhkan seorang wanita sholat dengan
memakai cadar kecuali jika ia sholat di suatu tempat dan ada para laki-laki
ajnabi (bukan mahramnya) yang tidak menjaga pandangan mereka untuk melihatnya
maka tidak boleh baginya untuk membuka cadarnya. Ketahuliah bahwasanya
bagi wanita merdeka ada 4 aurat, (1). tatkala bersama para lelaki asing maka
aurotnya seluruh badannya, (2). tatkala bersama mahrom dan tatkala kholwat
(sedang bersendirian) maka aurotnya adalah antara pusar dan lutut, (3). tatkala
bersama para wanita kafir aurotnya adalah apa yang biasa nampak tatkala bekerja,
(4). tatkala dalam sholat aurotnya adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan
kedua telapak tangannya'. Dan dimakruhkan
laki-laki sholat dengan baju yang ada gambarnya atau bordirannya karena bisa
jadi menyibukannya dari sholatnya, dan dimakruhkan seorang laki-laki sholat
dengan menutup wajahnya, juga dimakaruhkan wanita sholat dengan bercadar,
kecuali jika dihadapan seorang lelaki ajnabi yang tidak menjaga pandangannya
dari melihatnya maka tidak boleh baginya membuka cadarnya. Dan wanita merdeka
memiliki 4 kondisi tentang aurat, kondisi yang keempat adalah seluruh tubuh
sang wanita bahkan kukunya , dan ini adalah auratnya tatkala ia di hadapan para
laki-laki yang asing, maka haram bagi seorang laki-laki ajnabi (asing) untuk
melihat sebagian dari hal itu, dan wajib bagi sang wanita untuk menutup hal itu
dari sang lelaki. Adapun jika tidak ada
hajah (keperluan) maka tidak boleh seorang laki-laki ajnabi melihat kepada
seorang wanita ajnabiah dan pula tidak boleh wanita ajnabiah memandang
laki-laki ajnabi karena firman Allah (Katakanlah kepada para laki-laki mukmin
untuk menundukkan sebagian pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka). Dan aurat wanita
merdeka adalah seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Demikian pula
pendapat yang dianut oleh Imam Malik dan sekelompok ulama serta menjadi salah
satu pendapat Imam Ahmad. Dan senantiasa tradisi
para wanita sejak zaman dahulu hingga sekarang bahwasanya mereka menutup
wajah-wajah mereka dari para laki-laki asing. Ia (At-Tirmidzi) berkata, "Dalam bab ini ada hadits yang
diriwayatkan dari Umar, Jabir, dan Amr bin Ash." Hadits Uqbah bin Amir
adalah hadits hasan shahih. Maksud
dari larangan masuk (datang) pada perempuan sama seperti hadits yang
diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau SAW bersabda, (Janganlah seorang lelaki menyendiri dengan seorang perempuan, karena
syetan menjadi pihak ketiga di antara mereka berdua), Arti lafazh AL-HAWWU adalah: saudara suami (ipar). Nabi seakan-akan melarang saudara suami (ipar)
untuk menyendiri dengan istri (dari suami tersebut).
Refrensi :
وَتُفَارِقُ
الْمَرْأَةُ الرَّجُلَ فَيَكُونُ إحْرَامُهَا في وَجْهِهَا وَإِحْرَامُ الرَّجُلِ
في رَأْسِهِ فَيَكُون
لِلرَّجُلِ
تَغْطِيَةُ وَجْهِهِ كُلِّهِ من غَيْرِ ضَرُورَةٍ وَلَا يَكُونُ ذلك لِلْمَرْأَةِ
وَيَكُونُ لِلْمَرْأَةِ إذَا كانت بَارِزَةً تُرِيدُ السِّتْرَ من الناس أَنْ ترخى
جِلْبَابَهَا أو بَعْضَ خِمَارِهَا أو غير ذلك من ثِيَابِهَا من فَوْقِ رَأْسِهَا
وَتُجَافِيهِ عن وَجْهِهَا حتى تُغَطِّيَ وَجْهَهَا مُتَجَافِيًا كَالسَّتْرِ على
وَجْهِهَا وَلَا يَكُونُ لها أَنْ تَنْتَقِبَ
(Lihat Kitab Al-Umm Juz
2 Halaman 148-149)
وعورة الحرة في الصلاة ما سوى وجهها وكفيها
ظهراً وبطناً إلى الكوعين، أما عورة الحرة خارج الصلاة، فجميع بدنها
(Lihat Kitab Fathul
Qarib Halaman 15)
وأما
الحرة فعورتها في الصلاة جميع بدنها إلا الوجه والكفين ظهرا وبطنا إلى الكوعين
(Lihat Kitab Kifayatul Akhyar Halaman 119)
على
الصحيح ووجهه الإمام باتفاق المسلمين على منع النساء أن يخرجن سافرات الوجوه وبأن
النظر مظنة الفتنة ومحرك للشهوة فاللائق بمحاسن الشريعة سد الباب والإعراض عن
تفاصيل الأحوال كالخلوة بالأجنبية وبه اندفع القول بأنه غير عورة فكيف حرم نظره
لأنه مع كونه غير عورة نظره مظنة للفتنة أو الشهوة ففطم الناس عنه احتياطا
(Lihat Kitab Nihaayatul
Muhtaaj Juz 6 Halaman 187)
وقال
السبكي إن الأقرب إلى صنع الأصحاب أن وجهها وكفيها عورة في النظر لا في الصلاة
(LIhat KItab Mughni
Muhtaj Juz 3 Halaman 129)
ويكره
أن يصلي في ثوب فيه صورة وأن يصلي الرجل متلثما والمرأة منتقبة إلا أن تكون في
مكان وهناك أجانب لا يحترزون عن النظر إليها فلا يجوز لها رفع النقاب
(Lihat Kitab Al-Iqnaa'
Fi Halli Al-Fadzi Abi Syuja' Juz 1 Halaman 124)
واعلم
أن للحرة أربع عورات فعند الأجانب جميع البدن
وعند المحارم والخلوة ما بين السرة والركبة وعند النساء الكافرات ما لا يبدو عند
المهنة وفي الصلاح جميع بدنها ما عدا وجهها وكفيها
(Lihat Kitab I'anatuth
Thalibin Juz 1 Halaman 113)
ويكره
أن يصلي في ثوب فيه صورة أو نقش لأنه ربما شغله عن صلاته
وأن يصلي الرجل متلثما والمرأة منتقبة إلا أن تكون بحضرة أجنبي لا يحترز عن نظره
لها فلا يجوز لها رفع النقاب
(Lihat Kitab I'anatuth
Tholibin Juz 1 Halaman 114)
والحرة
لها أربع عورات: إحداها: جميع بدنها إلا وجهها وكفيها ظهراً وبطناً، وهو عورتها في
الصلاة فيجب عليها ستر ذلك
(Lihat Kitab Nihayatuz
Zain Halaman 8)
وأما من غير حاجة فلا يجوز للأجنبي أن ينظر إلى
الأجنبية ولا للأجنبية أن تنظر إلى الأجنبي لقوله تعالى { قل للمؤمنين يغضوا من
أبصارهم ويحفظوا فروجهم } { وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن }
(Lihat Kitab
Al-Muhadzdzab Juz 2 Halaman 34)
وعورة الحرة جميع بدنها الا الوجه والكفين وبهذا
كله قال مالك وطائفة وهي رواية عن احمد
(Lihat Kitab Majmu'
Syarah Muhadzdzab Juz 3 Halaman 169)
ولم
تزل عادة النساء قديما وحديثا يسترن وجوههن عن الأجانب
(Lihat Kitab Fathul
Bari Juz 9 Halaman 324)
قال
وفي الباب عن عمر و جابر و عمرو بن العاص
قال أبو عيسى حديث عقبة بن عامر حديث حسن صحيح وإنما معنى كراهية لدخول على النساء
على نحو ما روي عن النبي صلى الله عليه و سلم قال لا يخلون رجلا بامرأة إلا كان
ثالثهما الشيطان ومعنى قوله ( الحمو ) يقال هو أخو الزوج كأنه كره له أن يخلوا بها
(Lihat Kitab Sunan Abu
Daud Juz 3 Halaman 474)
Wallahu A’lam